A. Surat At – Taubah ayat 122
Artinya: “Tidak sepatutnya bagi
mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari
tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya
apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga
dirinya.” (Q.S. At-Taubah: 122)
Firman Allah SWT diatas
maksudnya adalah perintah jihad bukanlah fardhuain, melainkan fardhu
kifayah—sebagaimana telah dijelaskan dalam pembahasan terdahulu—karena jika
setiap orang pergi berjihad, maka tidak akan ada lagi generasi muda. Oleh
karena itu, sebaiknya ada satu kelompok pergi berjihad dan kelompok lain
menetap untuk mendalami ilmu agama serta menjaga kaum wanita. Dengan demikian,
apabila kelompok yang pergi berjihad kembali dari medan laga, maka kelompok
penuntut ilmu mengajarkan kepada mereka hukum-hukum syariat.
B. Surat Al – Mujaadilah ayat 11
Artinya : “Hi orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:
‘berlapang-lapanglah dalam majelis’, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan
memberikan kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan; ‘Berdirilah kamu’, maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara
kamu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah
maha mengetahui apa yang kamu kerjakan,” (Q.S Al-Mujadilah, 58; 11)
Kesimpulan isi atau kandungan ayat 11 aurah Al-Mujadilah
antara lain sebagai berikut:
a. Suruhan untuk memberikan kelapangan kepada orang
lain dalam majelis ilmu, majelis zikir, dan segala majelis yang sifatnya
menaati Allah SWT dan rasul-nya.
b. Allah SWT mengangkat orang-orang beriman atas
orang-orang yang tidak beriman beberapa derajat tingginya, dan Allah SWT
mengangkat orang-orang beriman dan berilmu pengetahuan atas orang-orang yang
beriman tetapi tidak berilmu pengetahuan beberapa derajat tingginya. Ringkasnya
Allah SWT meninggikan derajat orang-orang beriman, teristimewa orang-orang
beriman lagi berilmu pengetahuan.
C. Hadits Nabi Muhammad SAW.
·
Hadits pertama
“ Dari Abu Ad – Darda r.a berkata, “Aku
mendengar Rasuulullaah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda : “Barang siapa
menempuh jalan untuk menuntut ilmu ,maka Allah akan mempermudah jalan ke surga.
Sungguh, para Malaikat merendahkan sayapnya sebagai keridhaan kepada penuntut
ilmu. Orang yang berilmu akan dimintakan maaf oleh penduduk langit dan bumi
hingga ikan yang ada di dasar laut. Kelebihan seorang alim ( yang menggunakan
ilmunya ) dibanding ahli ibadah ( yang tidak berilmu ) seperti keutamaan
rembulan pada malam purnama atas seluruh bintang. Para ulama adalah pewaris
para Nabi, dan para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanya
mewariskan ilmu. Barang siapa yang mengambilnya maka ia telah mengambil bagian
yang sempurna.” ( H.R.
Abu Daud).
·
Hadits kedua
“ Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al – ‘Ash r.a. berkata ; “ Saya
pernah mendengar Rasuulullaah shallallahu
‘alaihi wassalam bersabda : sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu secara paksa
dari hati umat manusia. Tetapi Allah akan menghapuskan ilmu – ilmu agama dengan
mewafatkan para ulama, hingga tidak ada seorang ulama pun yang akan tersisa.
Kemudian mereka akan mengangkat para pemimpin yang bodoh. Apabila mereka, para
pemimpin yang bodoh itu dimintai fatwa, maka mereka akan berfatwa tanpa
berlandaskan ilmu hingga mereka tersesat dan menyesatkan.” (H.R. Mutafak ‘alaih/ Bukhari Muslim).
·
Hadits ketiga
“Dari Abu Hurairah
berkata, “Rasuulullaah shallallahu ‘alaihi
wassalam bersabda : “ Barang siapa ditanya mengenai suatu ilmu lalu ia
menyembunyikannya, maka ia akan dicambuk dengan cambuk dari api neraka pada
hari kiamat.” (H.R.
Abu Daud).
Maksud dari hadits pertama adalah seseorang yang menuntut
ilmu akan dimudahkan jalan menuju surga, sebab dengan ilmu seorang dapat
menggapai surga. Orang alim yang berilmu memiliki lebih banyak kelebihan
daripada orang yang ahli ibadah tidak disertai ilmu.Para ulama adalah pewaris
para nabi sedangkan para nabi tidak meninggalkan warisan harta apapun,
melainkan hanyalah ilmu.
Sedangkan, maksud dari hadits kedua adalah apabila Allah
SWT. menghendaki suatu kampung atau negeri kebaikan, maka di dalam suatu
kampung atau negeri akan terdapat ulama yang memiliki ilmu secara mumpuni yang
mengamalkan ilmunya dengan ikhlas. Jika
Allah SWT. menghendaki suatu kampung atau negeri buruk, maka Allah akan
mewafatkan para ulama di dalam suatu kampung atau negeri. Dengan wafatnya para
ulama, maka berangsur – angsur Allah SWT. akan mencabut dan menghilangkan ilmu.
Jika, ilmu telah dicabut, maka tidak ada lagi rahmat dan keberkahan di muka
bumi ini.
Hadits ketiga menegaskan bahwa seseorang yang telah
mamiliki ilmu, hendaknya mengajarkan ilmu itu kepada orang lain. Bagi orang
yang berilmu tetapi tidak mau
mengamalkannya dan menyembunyikannya, maka orang yang berilmu akan berdosa dan
mendapat siksa.