Wednesday, July 25, 2018

Jepang dengan Segala Perjalanannya

Pada siapa kau akan kembali ketika orang memandangmu hanya dari sudut  pandang yang mereka inginkan saja? Padahal, pada saat yang sama kau sedang menyembunyikan banyak cerita dan belajar menyimpaan rasa  sakit, keluh dan kesulitan – kesulitan dalam  hidupmu yang sekarang kau tutup rapat – rapat.
.
Pada siapa baiknya kau utarakan impianmu yang panjang ketika ukuran keberhasilanmu menurut orang masih jauh dari materi dan gengsi semata? Padahal, pada saat yang sama kau sedang sibuk berbahagia untuk impian – impianmu yang kau capai satu per satu, sekalipun tak ada kawan – kawanmu yang mengetahui, karena ukuran kalian berbeda. Sekarang ini, kebahagianmu sederhana, mengulas senyum – senyum bahagia di wajah orang -  orang yang kau sanyagi.
.
Pada siapa kau harus tetap berharap dan terus percaya? Ketika makhluk-Nya sedang sibuk dengan makhluk lainnya atau bahkan mengkhianatimu. Pada siapa kau temukan beribu alasan untuk selalu bangkit dan terus maju?
.
Allah. Karena pada – Nya, tidak hanya celah untuk  menyerah dan hanya kepada-Nya lah kau berserah
.
-  Taufik  Aulia dalam “Sabar dan Syukur Tanpa Tapi” dengan sedikit tambahan -


Beberapa tahun lalu

Detektif Conan adalah komik terfavoritku kala itu. Hampir semua seri bukunya pernah ku baca baik online maupun offline. Semua seri Detetif Conan The Movie juga  ku download dan ku tonton. Bahkan blog ku juga diisi dengan tema bernuasakan Detektif Conan. Menurutku komik ini cerdas, melalui komik ini pengetahuan ku bertambah dengan cara yang tidak membosanan. Karena komik ini pula aku ingin sekali pergi ke negeri Sakura, alasannya sederhana hanya ingin bertemu Aoyama Gosho, sang pembuat cerita.

Maju sedikit, usiaku bertambah, alasan ku ke Jepang bukan lagi untuk bertemu Aoyama Gosho, tetapi untuk berkuliah di sana. Semangat itu semakin menjadi ketika mendengar  ada kaka kelas mendapat beasiswa di sana. Beberapa seminar tekait perkuliahan di Jepang ku ikuti, lalu ku tempel brosur itu di dinding kamarku. Aku juga mengkuti Japan Club waktu itu di sekolah. Tapi nampaknya Allah lebih menyukaiku berjuang  di Rohis. Lalu, akhirnya ku tuangkan mimpi - mimpiku dalam bukuku bahwa suatu hari nanti aku akan pergi kesana.


Seiring berjalannya waktu, keinginan itu memudar, pikiranku lebih realitis. Do’a ku pun berganti tidak lagi ingin ke negara itu. Di penghujung kelas 12 pintaku hanya satu, Allah memasukan ku ke universitas terbaik, jurusan terbaik, dengan cara yang  terbaik.

Maha Besar Allah memasukan aku ke Pendidikan Matematika, FMIPA, UNJ. Baru  sampai saat MPA saja, ku sudah jatuh cinta. Memasuki fakultas yang lebih mirip pesantren ini. Lalu, yang aku tidak habis pikir sampai sekarang adalah Allah menjalankan kakiku untuk daftar memmasuki organisasi Kelompok  Peneliti Muda UNJ, padahal sejak SMA aku tak suka dengan hal yang berbau ilmiah. Pernah diajak untuk ikut KIR ku malah kabur, saat praktek aku sudah pusing duluan, teman – temanku yang berkerja, sedangkan aku hanya bagian tulis menulis.

Beberapa hari sebelum Ramadhan

Frustasi! Itulah hal yang aku rasakan saat itu. Melihat soal UTS yang amat sulit, hampir semua  jawaban di soal UTS ku ngarang bebas, padahal soal UTS ku berhubungan dengan matematika yang sejatinnya tidak bisa dikarang, yang penting diisi, kataku kala itu.

Wajar sih bila sulit, karena diriku belajar cuma menjelang UTS saja. Di kelas ku kerjaanya tidur terus, sedangkan di waktu kosong sibuk berorganisasi, berprestasi dan diskusi. Kemenanganku atas dua perlombaan essay nasional membuatku  menjadi semangat untuk terus berkarya, ajakan berdiskusi untuk membuat essay juga datang. Padahal tadinya aku berencana jika selesai waktu liburan maka stop dulu berkaryanya.

Namun, ada salah satu diskusi yang datang dari kakak kelasku  yang menyita banyak waktuku. Merasa tertarik dengan beberapa pembahasan yang dia bahas, merasa menemuan diriku yang hilang karena kesibukan kuliah kala itu. Mengingatkanku pada masa indahnya berjuang bersama dia, saudara seperjuanganku di kala SMA. Namun sayang, mungkin di antara hal – hal baik tersebut tersimpan niat yang tidak lurus. Sehingga, pengumuman - pengumuman yang ku nanti bukan lagi yang ku nanti.

Hingga sampai pada satu titik jenuh dan lelah, lalu dimana Allah berkata, “Sudah dulu dunianya. Apa yang kamu cari? Hal – hal duniawi akan selesai dengan kematianmu, niatmu awalnya emang baik, tapi apakah sampai sekarang masih tetap baik?”

Dengan itu, aku melepas beberapa hal terkait duniawi, lalu kembali mencari ilmu dam kembali menata niat agar tetap lurus.

11 Ramadhan 1439 H

Di bulan Ramadhan kali ini, sedang berusaha untuk mengurangi intesitas penggunaan HP. Mencoba membuka HP hanya di sore hari. Tapi, saat ku membuka HP kali ini ada kabar yang berbeda. Bukan kabar mengenai rapat, bukan juga info kelas, kabar kali ini mengenai abstrak yang dikirimkan oleh aku dan teman – temanku lolos untuk diperesenntasikan di Jepang.

Saat itu rasanya Allah menjawab semua do’a ku, bahkan do’a yang sudah aku lupa bahwa aku pernah memintanya. Benar saja, kalimat yang menyatakan kejarlah akhirat, biar urusan dunia, Dia akan berikan yang tebaik. Allah menjawab janji-Nya bahwa,

siapa yang menolong agama Allah, Allah akan menolognya”.

13 Ramadhan 1439 H

Tidak banyak, hanya beberapa kata yang ku ingat dari Ustadz Nuzul Dzikri, “Win to Win ”. Menangkanlah keduanya. Jika tidak mampu, maka cukup sedikit saja kau tingalkan dunia karena Allah. Seketika diri ini sadar, kabar kemarin itu anugrah, ujian, atau  istidraj?

Selepas Ramadhan

Perlahan sudah tak ada keinginan untuk pergi ke sana. Mengingat keuangan yang semakin menipis dan amanah yang semakin menebal. Tetapi, rasa bangga dan bahagia kedua orang tuaku tak mungkin ku hapus dan digantikan menjadi rasa malu. Maka, mulailah ku berusaha mencari dana. Dari mulai bersedekah, berharap menang lomba essay, dan mengajukan proposal donasi.

Hmm, bersedekah? Ku rasa itu baik! Bukankah Allah akan melipat gandakan harta hamba-Nya yang senang bersedekah? Tapi kalo niatnya tidak lurus?

 Berharap menang lomba, tapi lagi – lagi Alah menunda kemenangan.Mengajukan proposal donasi? Baru saja ku mengajukan proposal donasi ke salah satu temanku, Allah sudah menegurku melalui kata – kata abangku.

yang menurut kamu halal, belum tentu  menurut aku halal, kita gak boleh meminta – minta Rahma!”

Rahma  enggak minta – minta Bang! Rahma juga tahu itu gak boleh.”

“Lalu itu apa namanya? Bukan berarti kamu kenal dia terus dengan ngomong begini dan begitu lalu dia memberikan uang, bukankah itu sama saja dengan meminta –minta?”

Ditengah kebingungan, diriku bercerita dengan abangku yang lain.

Saya masih bingung terkait dengan itu, tetapi dari yang saya baca itu tidak boleh, coba kita sama – sama cari dan baca, kalo kamu ketemu bilang saya. Tapi,  jangan karena hawa nafsu lalu ada satu dalil yang menyatakan itu boleh kamu mengabaikan dalil yang lainya.”

Akhirnya ku putuskan untuk tidak mengajukan donasi lagi dan berdo’a semoga Allah mudahkan jalan ini untuk kebahagiaan orang tuaku.

Sambil  menunggu ku bongkar salah satu celenganku, celengan yang ku simpan sejak satu tahun lalu untuk bekal S2 dan untuk membeli rumah impianku. Selain itu, ku coba untuk mencari pinjaman ke Bibiku. Pinjaman sudah di dapat, tetapi pemesanan tiket pesawat selalu saja gagal, kakakku, Si Mami Sekum, berjuang sedemikian rupa agar tiket pesawat kami bisa di booking, transfer kesana dan kesini mencoba segala bank dan atm, sekalinya bisa atm lupa pin, sampai – sampai atm abangku ke blokir. Pusingnya  bukan main UAS dan beberapa amanah sampai keteteran karena ini. Tapi, pada akhirya Allah menyelesaikan masalah ini tepat waktu, bersamaan dengan batas waktu minimal pembuatan visa.

Saat pembuatan visa, aku dan temanku yg kehabisan kuota kebingungan mengenai jalan menuju kesana. Lalu, Maha Baik Allah mempertemukanku denga teman sekelasku  yang dengan baiknya memberikan tathering kepadaku.

Tidak hanya itu, tidak lama dapat kabar untuk menjadi salah satu  pengajar di bimbingan belajar yang berada di dekat rumah. Lumayan untuk mencicil pinjaman. Lagi – lagi Allah menjawab janjinya.

Cobaan tiada henti Allah berikan kepadaku, menjelang hari keberagkatan kakiku kencengklak hingga sandalku harus jebol lagi untuk yang ketiga kalinya  dalam satu bulan. Untungnya, sakit ini dapat sembuh dalam   waktu  beberapa hari saja.

Ternyata kencengklak ini  mengingatkanku bahwa diriku beum punya sepatu untuk konferensi nanti, mengingat sepatuku pada jebol akhir – akhir ini. Hmm tidak  hanya sepatu, ternyataa pas diriku cek koperku juga rusak. Ahirnya ku memutuskan meminjam sepatu dan koper temanku, karena untuk membeli ku tak mampu. Iya! Semuanya pinjaman, dari mulai uang, sepatu sampai koper.

D- 1

Dimulai dengan UAS ALPROG dari jam 8 -  jam 2. Jadi TIPE di daftar ulang maba. Lalu menunggu kakak Si Mami Sekum sambil sedikit bercerita kepada abangku tentang kabar semalam yg menghantui pikiranku.

Hmm, perjalanan menuju bandara cukup macet. Untungnya kami datang ke bandara tepat waktu.

Pertama kali naik pesawat, alhamdulillah lancar, katanya sih ini maskapai nomor 1 di dunia dan bersyukurnya aku lagi dapat tiket promo jadi harganya murah banget.

Awalnya perjalanan menuju singapura, perjalanan cuma 2 jam dan dapat makan juga. Jadi enggak berasa. Ohiya di Bandara Changi Singapura ada musholla, mushollanya juga enak banget. Enggak cuma musholla disana juga ada ruang meditasi.

Perjalanan dari Singapur ke Hiroshima, juga menyenangkan dengan makanan yg cukup mewah. Meskipun ada yang tak sesuai lidah.

Day 1

Kami melakukan shalat shubuh di pesawat, mungkin karena penyesuaian  tekanan yang ada, hidungku mengeluarkan darah dan itu baru ketahuan pas diriku mau mengambil wudhu untuk shalat shubuh. Sampai di bandara Hiroshima jam 9 waktu Jepang. Setelah itu, kami naik bus dari bandara ke terminal bus, pemandangannya sangat indah ada gunung - gunung nan hijau seperti di puncak, Bogor.

Dari terminal bus  kami naik trem menuju miyajima. Lalu naik fery ke  pulau. Hari pertama semua masih berjalan sangat lancar. Pulau Miyajima seperti Pulau Tidung di mataku. Tidak ada kesan ataupun kesusahan yg kami dapat.

Hanya saja kami harus menyesuaikan diri dengan suhu panas yg ada di Jepang yang panasnya melebihi Jakarta

Day 2

Sambil menunggu waktu check in di hotel yg berada di Saijo. Kami memilih untuk belanja di Handori. Sejenis seperti blok M atau Kota Tua di Jakarta. Nah, karena hari sudah siang dan teman - temanku sudah pada kelaparan, kita memilih untuk mencari makan terlebih dahulu. Disinilah mulai perdebatan antara aku dan salah satu temanku mengenai perkara makanan halal dan haram.

Tidak hanya itu, kamu juga sempat kebigungan terkait shalat. Mencari tempat shalat sangatlah sulit, hingga kami menjama' qashar shalat dzuhur dan ashar mepet bahkan memasuki maghrib.

Nah, karena tidak ada ruang shalat kami shalat di pojokan stasiun dan pas di depan Mc. Donald. Lalu setelah kami selesai shalat kami baru menyadari jika vending machine di hadapan kami ini bukan vending machine melainkan adalah tong sampah.

Hmm, hari ini aku belajar banyak. Bahwa, Ilmu Fiqih ku belum seberapa. Masih harus banyak belajar lagi. Mengenai makanan halal dan haram, bahwa sejatinya pembeda antara makanan halal dan haram bukan hanya ketiadaan kandungan babi ataupun alkohol tetapi juga mengenai proses pembuatannya. Bahwa, daging yg tidak disembelih tanpa membaca bismillah adalaha haram. Bahwa makanan yg didapat dengan cara yg haram adalah haram.

Mengenai tatacara berwudhu, membedakan mana yg sunnah dan wajib aja kadang lupa. Membedakan kapan seharusnya kita bertayamum dan sebagainya.

Terakhir, terngiang di kepalaku kata - kata dari abangku.


" Saat iman di uji. Solat berdiri malu, solat duduk ga boleh."

Tidak hanya itu, kakakku juga mengirimkan pesan agar aku jangan lupa setoran hafalan. Padahal dia juga belum setoran hehehe.

Selesai shalat kami melanjutkan perjalanan ke Saijo, pas kamu mau naik kereta JR ternyata karena ada longsor tidak bisa diakses jalan disana. Dan kami harus menaiki shinkansen, sayangnya harga shinkansen cukup mahal dan uang kami pas - pasan.

Hmm, daripada  tidak ada kendaraan akhirnya kami tetap memutuskan naik shinkansen. Benar kata orang-orang keretanya amat cepat. Hanya 14 menit kami di kereta sudah sampai tempat tujuan.

Lalu, kami melanjutkan menginap di Saijo. Mungkin karena kecapekan, aku agak kurang enak badan dan flu.

Day 3

Waktunya konferensi, tapi badanku semakin tidak enak. Bahkan hidungku mengeluarkan darah yg amat banyak. Padahal sebelumnya aku belum pernah mengalami hal ini.

Rasanya aku ingin istirahat saja di penginapan. Tapi, jika tidak datang ke konferensi sia - sia sudah usahaku selama ini. Mungkin ini adalah cara Allah menghapus dosaku karena banyak sekali kesalahan yg kulakukan kemarin.

Lalu, pas aku cek HP. Ada pesan dari abangku, dia mengirim link tentang jimat - jimat di Jepang. Padahal, aku sudah membeli salah satunya.

Dari sini aku semakin belajar untuk kita sebagai seorang muslim seharusnya bersikap wara' (hati - hati) dalam melakukan sesuatu.

Awal pagi sudah dimulai dengan cukup lumayan baik. Lalu kami berjalan menuju hiroshima univesity untuk konferensi.

Rangkaian awal acara adalah keynote speaker. Pembicaranya adalah satu petinggi JICA, salah satu perusahaan yg bikin MRT di Indo dan Direktur PT. Rekayasa Indonesia.

Mereka keren, tapi karena diriku gak enak badan dan ngantuk banget jadi ku tak terlalu mendengarkan mereka.

Lalu, saat presentasi dimulai, awalnya deg - degan sekali, apalagi pesertanya rata - rata S2, and I am Maba S1, kami dibagi berdasarkan kategori dan aku termasuk kedalam Edu (Pendidikan). Tapi, ternyata pas masuk kedalam ruangan. Dan setiap peserta maju, It's just like presentasi di dalam kelas.

Terus serunya lagi, itu lebih kayak diskusi gitu, enak banget saling memberikan masukan satu sama lain. Tidak berasa kompetisi. Jadi, sama - sama niatnya hanya untuk menuntut ilmu.

Bahkan, pas sudah selesai ada bapak yg ngajak ngobrol aku dan tim edu lainnya dari kampusku. Dia memberikan masukan banyak banget mengenai presentasi kita.

Pokoknya diantara semua pengalamanku di Jepang, ini yg paling seru dan gak sia - sia perjuanganku selama ini, dan pengalaman ini tidak bisa dibeli pakai uang sama sekali.

Benar perkataan ketumkuh,


" you can earn money anytime, but you can't turn back time."

Meskipun pada akhirnya aku enggak dapat best presenter, pengalaman ini tidak dapat terbayar dengan sertifikat atau mendali apapun.

Day 4

Perjalanan kembali menuju hiroshima, awalnya kami saat mau ke hiroshima mau menukar uang dulu ke money changer, karena uang yen kami telah habis. Kebetulan kemarin kami melihat money changer pas mau berangkat ke hiroshima university, eh tapi selama kita berjalan tapi kok gada money changernya, lalu kami coba ke atm yg ada visanya. Tapi atm ku di tolak. Untungnya kami berjumpa dengan teman kami yg lain, lalu kakaku meminjam uang ke kakakku yg lain tapi tetap saja pas - pasan.

Di saat kakakku sedang memesan tiket, AA ku yang kebetulan kita beda rombongan, jadi baru ketemu waktu itu berbisik - bisik.


"Rahma, duit lu kurang? Mau minjem enggak? Duit gue masih banyak nih!"

Beuh, iya tidak mungkin ku tolak. Karena kasihan juga kakakku si Mami Sekum harus membayarkan biaya salah satu dari kami. Tapi lucu kalo diingat - ingat, ketika mami uangnya habis, minta sama AA. Terus abangku yg lain, si Mas Mbul sudah menjanjikan ketoprak kalo kami sudah tiba di Jakarta.

Lalu, kami berangkat ke hiroshima lagi. Pas kami mau membayar penginapan, kami diminta untuk mengisi angket anak kelas 5 SD. Kalo di Jepang anak SD saja sudah bikin riset. Sedangkan diriku mengenal riset pas kuliah.

Sampai di penginapan kami makan dan berniat akan jalan - jalan lagi ke Hiroshima Castle. Tapi salah satu temanku tak ikut, malah AA yg baru datang ke penginapan yg ikut. Dalam perjalanan menuju kesana kami video call-an sama mas Mbul. Yang paling adalah saat foto bersama si Mas Mbul ikut foto padahal di video call.

Setelah dari Hiroshima Castle, kami ke Genbaku Dome Hiroshima, meskipun beberapa hari yg lalu sudah kesana tapi salah satu kakakku ada yg belum kesana dan ingin sekali kesana.

Genbaku Dome adalah satu - satunya bangunan yg tersisa karena peristiwa bom hiroshima- nagasaki. Sedih sih pas kesana, apalagi setelah melihat foto ibu dan anak yg terpisah dengan bapaknya. Tetapi, kalo tidak terjadi bom, negaraku mungkin belum merdeka.

Di sebelah monumen ada sungai Ota. Kami berfoto - berfoto ria disana. Yang lucunya Mami dan AA malah berantem mengenai quotes tentang senja. Lalu, malah pada baper. Aduh, syndrom 20-_-

Kalo kata abangku, Sungai Ota itu tempat pembuangan tuyul. Masa iya, orang Jepang mainan tuyul?

Setelah itu, kami belanja di sevel belanja air putih, karena pesediaan air putih kamis habis. Udah coba masak air di penginapan sebelumnya, tapi rasa airnya aneh rasanya seperti air keran.

Day 5

Hari terakhir di Jepang, kami siap - siap menuju bandara karena kami akan boarding pagi. Alhamdulillah tiada kendala, hanya saja pas sampai di terminal bus, busnya sudah waktunya untuk berangkat.

Kondektur bus menyuruh kami cepat - cepat. Orang Jepang sangat disiplin sekali mengenai waktu, selain antrian mereka juga teratur dan sabar, untuk pembayaran bus dan trem mereka juga menggunakan sistem kejujuran.

Lalu akhirnya kami tiba di CGK sekitar maghrib, lalu kami shalat dahulu. Kebetulan hari ini aku sedang berhalangan, jadi aku bertugas menjaga tas. Saat menunggu tas, di depan musholla juga ada ibu bersama ke-6 anaknya yg masih kecil menunggu suaminya.  Ibu itu sepertinya berasal dari daerah timur tengah dan sedang hamil.

Hmm, seperti diriku yang ingin memiliki tujuh anak. Ku membayangkan aku, suamiku, dan anak - anaku terbang besama mengelilingi dunia 5  sampai 10 tahun lagi. Insyaa Allah.

Sekarang, fokusku adalah menuntut Ilmu, membahagiakan orang tua, memperbaiki diri dahulu dan meluruskan niat bukan karena kamu, tapi karena Dia, Yang Maha Baik.

Aku yakin Yang Maha Baik telah menyediakan jodoh terbaik untukku di tempat dan waktu yang terbaik, di saat kami sudah sama - sama siap mendidik anak - anak kami menjadi generasi - generasi terbaik.

Selepas dari CGK kami ke KPM dan di sambut oleh ketoprak dari Mas Mbul.

Berakhirlah kisahku di Jepang. Sekarang waktunya kerja keras untuk membayar pinjaman dan menabung lagi untuk perjalanan selanjutnya serta untuk S2 nanti. Semoga saja hal ini juga tidak melalaikanku dari amanah - amanahku.

Perjalananku kali ini mengajarkanku banyak, bukan hanya sekedar prestasi dan mimpi yg kuraih, apalagi hanya sekedar jalan - jalan.

Tetapi tentang bagaimana percaya dan terus percaya kepada Allah, tidak berlebihan saat besikap wala' (loyal) terhadap orang kafir, bersikap wara' terhadap suatu perkara. 

Melalui perjalanan ini aku belajar mempraktekan teori yg selama ini sering ku dengan tentang bukan lagi membedakan halal dan haram, bukan lagi membedakan perkara yg bermanfaat atau tidak bermanfaat meskipun itu halal. Tetapi juga menjauhkan diri dari hal - hal yang syubhat. 

No comments:

Post a Comment